Rahim Pengganti

Bab 89 "Bertemu Luna"



Bab 89 "Bertemu Luna"

0Bab 89     

Bertemu Luna     

"Bubun sir," ucap Melody sambil menunjuk ke arah pasir taman yang memang disediakan untuk anak anak bermain. Carissa tersenyum, anaknya itu selalu suka dengan pasir pantai, Caca segera mengajak Melody ke sana. Anak itu sangat senang dan bahagia ketika sang Bunda mengajak ke area bermain favoritnya.     

***     

Hoek hoek hoek     

Sudah ratusan kali, wanita itu memuntahkan semua isi perutnya. Sepanjang malam dan pagi ini, semua yang ada di dalam perutnya di muntahkan tiada bersisa.     

Raut wajahnya sudah sangat pucat, bahkan tubuh wanita itu sangat lemas, kepalanya juga sangat pusing. Membuat dirinya tidak mampu untuk bisa berjalan.     

Siska terdiam di dalam kamar mandi, sungguh hal seperti ini tidak diinginkan. Sudah selama satu minggu ini dirinya merasakan sesuatu yang berbeda dengan tubuhnya.     

Sebagai wanita dewasa, dia tahu kenapa dan apa penyebabnya. Semua karena malam itu, keduanya kembali mengulang kegiatan panas mereka, tanpa tahu jika hasil dari kegiatan itu sepertinya sudah bersarang di dalam rahim Siska.     

Sedikit lebih baik, Siska lalu beranjak dari tempatnya. Dirinya harus memeriksakan keadaannya saat ini, Siska tidak mau gegabah memberitahukan hal tersebut kepada Elang. Wanita itu harus mencari tahu lebih dulu.     

Tidak membutuhkan banyak waktu, Siska segera sampai di sebuah apotek, wanita itu langsung turun dengan menggunakan kacamata hitam yang bertengger dengan sangat rapi di sana.     

"Ada perlu apa mbak?"     

"Saya butuh testpack."     

"Mau yang seperti apa mbak?"     

"Terserah dari yang biasa aja sampai bagus," ucap Siska. Pelayan tersebut, menganggukkan kepalanya lalu beranjak dari sana dan mengambil pesanan dari Siska. Setelah selesai, Siska langsung pulang dari sana.     

Wanita itu sudah tidak sabar, senyum di bibirnya mengembang dengan begitu lebar dan sempurna, Siska langsung menjalankan mobilnya, sesampainya di rumah wanita itu segera masuk ke dalam kamarnya.     

Sepuluh menit, Siska berada di sana saat di lihatnya hasil tes yang ada di alat tersebut senyum bahagia tercetak dengan sangat jelas. Wanita itu bahagia, dengan hasil yang tertera, dirinya yakin jika Elang mengetahui hal itu juga akan bahagia.     

***     

Di lain tempat seorang pria sedang kesal dengan kedua orang tuanya, bagaimana tidak dirinya dipaksakan untuk datang ke acara yang sebenarnya tidak dirinya suka.     

Sejak awal hingga sekarang hanya raut wajah cemberut yang pria itu tampilkan. "Ayo dong, Sayang jangan cemberut gitu."     

Pria itu hanya menatap sang Mama dengan datar, dirinya tidak suka dengan perkumpulan bisnis seperti ini. Baginya ini, hanya ajang pamer kekayaan sedang dia tidak suka. Pria itu lalu beranjak dari tempat tersebut mencari udara segar. Tak lupa dirinya juga mengambil secangkir wine, sudah sangat lama dia tidak meminum minuman tersebut.     

Sejak dia, bersama dengan Siska bayangan minuman beralkohol itu sudah tidak pernah muncul, pria itu adalah Elang sekarang dirinya ikut bersama kedua orang tuanya dalam pertemuan bisnis.     

"Lama tidak bertemu," ujar seseorang.     

Elang yang sedang meminum wine yang ada ditangannya menatap ke arah belakang. Mata terbelalak saat melihat siapa orang di belakang sana, wanita yang sangat seksi hingga Elang dapat melihat dengan sempurna belahan dadanya yang begitu menonjol.     

Wanita itu berjalan mendekati Elang, senyum di bibir wanita tersebut tidak pernah luntur hal itu membuat setiap orang yang melihatnya akan kagum.     

"Apa kabar?" tanyanya sambil melambaikan tangannya. Elang masih dalam mode diam, pria itu bingung dan kaget saat melihat wanita yang sudah tak asing lagi di depannya saat ini.     

"Ha ha ha, biasa saja dong. Aku tahu, kalau aku udah gak seperti dulu," ujarnya dengan senyum mengembang.     

"Kami banyak berubah," jawab Elang.     

"Sangat semua yang ada di dalam tubuh aku semuanya berubah."     

"Aku sampai gak tahu harus ngomong apa Lun, kamu benar benar berubah, semakin cantik dan seksi," bisik Elang. Mendengar hal itu membuat pipi Luna merah, wanita itu adalah Luna salah satu anak dari rekan bisnis Elang.     

Keduanya sudah saling kenal karena, kedua orang tua mereka yang sudah berteman lama. Dulu saat Luna masih stay di Indonesia gaya berpakaian wanita itu tidak seperti ini. Luna juga tidak memperdulikan penampilannya namun, kali ini berbeda wanita itu sungguh berbeda.     

Riasan yang tipis namun, dapat membuatnya terlihat sangat cantik dan pakaian yang digunakan Luna juga begitu berbeda.     

"Kamu juga berbeda Lang, makin dewasa dan gagah," balasnya dengan nada centil. Mendengar hal itu, semakin membuat Elang terkejut, sikap Luna benar benar sudah banyak berubah.     

Keduanya saling berbincang bincang, mengingat banyak hal yang terjadi di masa lalu. Hingga salah satu orang suruhan kedua orang tua mereka memanggil. Karena ada acara dansa, dan seluruh anak dari pebisnis hebat akan menunjukkan bakatnya.     

"Jujur aja, aku tuh males banget ikut acara ginian. Tapi karena kamu malam ini datang, maukah berdansa denganku?" tanya Elang.     

Luna tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, keduanya segera menuju ke arah tempat dansa, sudah banyak pasangan di sana termasuk kedua orang tua Elang dan Papi Luna pria itu ternyata menggandeng seorang wanita muda.     

"Ibu sambung?" tanya Elang. Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya.     

"Papi udah nikah lima tahun lalu, sama dia yang sekarang di ajak dansa, wanita itu umurnya hanya berbeda 3 tahun diatas kita."     

Mata Elang melotot dengan tajam ketika mendengar ucapan yang di lontarkan oleh Luna.     

"Gak usah kaget. Berarti Papi masih kuat makanya dia bisa dapat wanita sehebat itu."     

"Kamu gak marah?" tanya Bian dengan hati hati.     

"Kenapa aku mau marah. Itu hak Papi untuk menikah lagi. Apalagi Mami juga sudah bahagia di sana, Papi nikah juga bukan untuk melupakan Mami. Aku juga gak selamanya bisa ada untuk Papi, jadi why not selagi Papi bahagia aku bisa bahagia," ucap Luna. Elang kagum dengan jawaban wanita yang ada di depannya ini. Luna memang selalu bersikap dewasa, mau dulu atau saat ini. Wanita itu selalu saja, bisa membuat orang yang ada di dekat nya merasakan kenyaman.     

***     

"Malam Om," sapa Elang.     

"Kamu sudah sangat dewasa Elang. Sudah cocok mengganti posisi Ayah kamu," ujar om Andi Papi Luna.     

"Harus gitu Ndi, tapi ini anak belum mau. Dia masih hobbi main main," jawab Ayah Elang Boby.     

Elang berdecak kesal, ayahnya itu selalu saja membuat Elang malu. Tapi apa yang dikatakan sang memang benar, Elang belum mau mengambil alih perusahaan keluarga dengan alasan malas, tapi alasan utamanya karena Elang masih belum siap.     

Hari semakin larut, Elang di minta untuk mengantar Luna. Hal itu tidak di tolak oleh Elang, karena pria itu tahu jika Luna dan Papinya memang tidak tinggal bersama.     

"Om titip Luna ya Lang, entah sampai kapan dia mau tinggal sendirian," ujar om Andi.     

"Papi ih."     

Jawaban manja yang diberikan oleh Luna membuat senyum di bibir Elang seketika terbit. Keduanya pun segera pamit, Luna tidak canggung menggandeng tangan Elang dan Elang juga tidak menolak.     

Selama di perjalanan tidak banyak hal yang keduanya bahas, hanya beberapa kali Luna melempar pertanyaan dan Elang menjawabnya. Hingga mobil yang dikendarai oleh Elang sampai di sebuah apartemen mewah.     

"Thanks ya, kamu mau mampir?" tawar Luna.     

"Gak usah udah malam. Kamu buruan masuk, nanti masuk angin," ujar Elang.     

Luna tersenyum, wanita itu segera membuka pintu. Namun, sebelum Luna keluar, wanita itu menarik leher Elang hingga membuat bibir keduanya bertemu. Luna melumat bibir itu dengan begitu mesra, Elang kaget mendapatkan perlakukan seperti ini namun, akhirnya Elang juga menikmati ciuman yang mereka lakukan.     

###     

Yang jawab Siska hamil benar he he he. Duh makin suka gak sama ceritanya? Atau gak?     

Selamat membaca ya, dan sehat terus buat kalian semua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.